Minggu, 29 April 2012

KEBUDAYAAN BATAK

Saya bernama Saul Sandoro Malau.sejak kecil saya sudah di perkenalkan dengan budaya batak karena kedua orang tua saya adalah asli orang batak.sebenarnya tidak mudah memahami budaya batak karena memiliki keterkaitan terus-menerus.


Batak sendiri merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah terma kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur, di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah: Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
Mayoritas orang Batak menganut agama Kristen dan sisanya beragama Islam. Tetapi ada pula yang menganut agama Malim dan juga menganut kepercayaan animisme (disebut Sipelebegu atau Parbegu), walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.


UNSUR BUDAYA


A. Bahasa
Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak menggunakan beberapa logat, ialah: (1)Logat Karo yang dipakai oleh orang Karo; (2) Logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak; (3) Logat Simalungun yang dipakai oleh Simalungun; (4) Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing.


B. Pengetahuan
Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada persetujuan pesertanya.



C. Teknologi
Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-ani. Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit (sejenis belati), piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis tombak), podang (sejenis pedang panjang). Unsur teknologi lainnya yaitukain ulos yang merupakan kain tenunan yang mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak.


D. Organisasi Sosial

a. Perkawinan

Pada tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah dengan orang Batak yang berbeda klan sehingga jika ada yang menikah dia harus mencari pasangan hidup dari marga lain selain marganya. Apabila yang menikah adalah seseorang yang bukan dari suku Batak maka dia harus diadopsi oleh salah satu marga Batak (berbeda klan). Acara tersebut dilanjutkan dengan prosesi perkawinan yang dilakukan di gereja karena mayoritas penduduk Batak beragama Kristen.
Untuk mahar perkawinan-saudara mempelai wanita yang sudah menikah.

b. Kekerabatan

Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak berdiam di daerah pedesaan yang disebut Huta atau Kuta menurut istilah Karo. Biasanya satu Huta didiami oleh keluarga dari satu marga.Ada pula kelompok kerabat yang disebut marga taneh yaitu kelompok pariteral keturunan pendiri dari Kuta. Marga tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu misalnya nama marga. Klen kecil tadi merupakan kerabat patrilineal yang masih berdiam dalam satu kawasan. Sebaliknya klen besar yang anggotanya sdah banyak hidup tersebar sehingga tidak saling kenal tetapi mereka dapat mengenali anggotanya melalui nama marga yang selalu disertakan dibelakang nama kecilnya, Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan pada empat prinsip yaitu : (a) perbedaan tigkat umur, (b) perbedaan pangkat dan jabatan, (c) perbedaan sifat keaslian dan (d) status kawin.

E. Mata Pencaharian

Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan .
Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba.
Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, temmbikar, yang ada kaitanya dengan pariwisata.

F. Religi

Pada abad 19 agama islam masuk daerah penyebaranya meliputi batak selatan . Agama kristen masuk sekitar tahun 1863 dan penyebaranya meliputi batak utara. Walaupun d emikian banyak sekali masyarakat batak didaerah pedesaan yang masih mmpertahankan konsep asli religi pendduk batak. Orang batak mempunyai konsepsi bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan oleh Debeta Mula Jadi Na Balon dan bertempat tinggal diatas langit dan mempunyai nama-nama sesuai dengan tugasnya dan kedudukanya . Debeta Mula Jadi Na Balon : bertempat tinggal dilangit dan merupakan maha pencipta; Siloan Na Balom: berkedudukan sebagai penguasa dunia mahluk halus. Dalam hubungannya dengan roh dan jiwa orang batak mengenal tiga konsep yaitu : Tondi: jiwa atau roh; Sahala : jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang; Begu : Tondinya orang yang sudah mati. Orang batak juga percaya akan kekuatan sakti dari jimat yang disebut Tongkal.

G. Kesenian

Seni Tari yaitu Tari Tor-tor (bersifat magis); Tari serampang dua belas (bersifat hiburan). Alat Musik tradisional : Gong; Saga-saga. Hasil kerajinan tenun dari suku batak adalah kain ulos. Kain ini selalu ditampilkan dalam upacara perkawinan, mendirikan rumah, upacara kematian, penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan upacara menari Tor-tor. Kain adat sesuai dengan sistem keyakinan yang diwariskan nenek moyang .

NILAI BUDAYA


1. Kekerabatan

Nilai kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam pelaksanaan adat Dalian Na Talu, dimana seseorang harus mencari jodoh diluar kelompoknya, orang-orang dalam satu kelompok saling menyebut Sabutuha (bersaudara), untuk kelompok yang menerima gadis untuk diperistri disebut Hula-hula. Kelompok yang memberikan gadis disebut Boru.
2. Hagabeon

Nilai budaya yang bermakna harapan panjang umur, beranak, bercucu banyak, dan yang baik-baik.
3. Hamoraan

Nilai kehormatan suku Batak yang terletak pada keseimbangan aspek spiritual dan meterial.
4. Uhum dan ugari

Nilai uhum orang Batak tercermin pada kesungguhan dalam menegakkan keadilan sedangkan ugari terlihat dalam kesetiaan akan sebuah janji.
5. Pengayoman

Pengayoman wajib diberikan terhadap lingkungan masyarakat, tugas tersebut di emban oleh tiga unsur Dalihan Na Tolu.
6. Marsisarian

Suatu nilai yang berarti saling mengerti, menghargai, dan saling membantu.

ASPEK PEMBANGUNAN
Aspek pembangunan dari suku Batak yaitu masuknya sistem sekolah dan timbulnya kesempatan untuk memperoleh prestise social. Terjadinya jaringan hubungan kekerabatan yang berdasarkan adat dapat berjalan dengan baik. Adat itu sendiri bagi orang Batak adalah suci. Melupakan adat dianggap sangat berbahaya.


Pengakuan hubungan darah dan perkawinan memperkuat tali hubungan dalam kehidupan sehari-hari. Saling tolong menolong antara kerabat dalam dunia dagang dan dalam lapangan ditengah kehidupan kota modern umum terlihat dikalangan orang Batak. Keketatan jaringan kekerabatan yang mengelilingi mereka itulah yang memberi mereka keuletan yang luar biasa dalam menjawab berbagai tantangan dalam abad ini.



DAFTAR PUSTAKA :
• Hidayah, Zuliyani
• 1997 Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: LP3ES Koentjaraningrat
• 1971 Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan Melalatoa, M. Junus
• 1997 Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaa

Kebudayaan Batak

Saya bernama Saul Sandoro Malau.sejak kecil saya sudah di perkenalkan dengan budaya batak karena kedua orang tua saya adalah asli orang batak.sebenarnya tidak mudah memahami budaya batak karena memiliki keterkaitan terus-menerus.
Batak sendiri merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah terma kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur, di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah: Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
Mayoritas orang Batak menganut agama Kristen dan sisanya beragama Islam. Tetapi ada pula yang menganut agama Malim dan juga menganut kepercayaan animisme (disebut Sipelebegu atau Parbegu), walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.

UNSUR BUDAYA

A. Bahasa
Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak menggunakan beberapa logat, ialah: (1)Logat Karo yang dipakai oleh orang Karo; (2) Logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak; (3) Logat Simalungun yang dipakai oleh Simalungun; (4) Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing.

B. Pengetahuan
Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada persetujuan pesertanya.

C. Teknologi
Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-ani. Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit (sejenis belati), piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis tombak), podang (sejenis pedang panjang). Unsur teknologi lainnya yaitukain ulos yang merupakan kain tenunan yang mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak.

D. Organisasi Sosial
a. Perkawinan
Pada tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah dengan orang Batak yang berbeda klan sehingga jika ada yang menikah dia harus mencari pasangan hidup dari marga lain selain marganya. Apabila yang menikah adalah seseorang yang bukan dari suku Batak maka dia harus diadopsi oleh salah satu marga Batak (berbeda klan). Acara tersebut dilanjutkan dengan prosesi perkawinan yang dilakukan di gereja karena mayoritas penduduk Batak beragama Kristen.
Untuk mahar perkawinan-saudara mempelai wanita yang sudah menikah.

b. Kekerabatan
Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak berdiam di daerah pedesaan yang disebut Huta atau Kuta menurut istilah Karo. Biasanya satu Huta didiami oleh keluarga dari satu marga.Ada pula kelompok kerabat yang disebut marga taneh yaitu kelompok pariteral keturunan pendiri dari Kuta. Marga tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu misalnya nama marga. Klen kecil tadi merupakan kerabat patrilineal yang masih berdiam dalam satu kawasan. Sebaliknya klen besar yang anggotanya sdah banyak hidup tersebar sehingga tidak saling kenal tetapi mereka dapat mengenali anggotanya melalui nama marga yang selalu disertakan dibelakang nama kecilnya, Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan pada empat prinsip yaitu : (a) perbedaan tigkat umur, (b) perbedaan pangkat dan jabatan, (c) perbedaan sifat keaslian dan (d) status kawin.

E. Mata Pencaharian
Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan .
Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba.
Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, temmbikar, yang ada kaitanya dengan pariwisata.

F. Religi
Pada abad 19 agama islam masuk daerah penyebaranya meliputi batak selatan . Agama kristen masuk sekitar tahun 1863 dan penyebaranya meliputi batak utara. Walaupun d emikian banyak sekali masyarakat batak didaerah pedesaan yang masih mmpertahankan konsep asli religi pendduk batak. Orang batak mempunyai konsepsi bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan oleh Debeta Mula Jadi Na Balon dan bertempat tinggal diatas langit dan mempunyai nama-nama sesuai dengan tugasnya dan kedudukanya . Debeta Mula Jadi Na Balon : bertempat tinggal dilangit dan merupakan maha pencipta; Siloan Na Balom: berkedudukan sebagai penguasa dunia mahluk halus. Dalam hubungannya dengan roh dan jiwa orang batak mengenal tiga konsep yaitu : Tondi: jiwa atau roh; Sahala : jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang; Begu : Tondinya orang yang sudah mati. Orang batak juga percaya akan kekuatan sakti dari jimat yang disebut Tongkal.

G. Kesenian
Seni Tari yaitu Tari Tor-tor (bersifat magis); Tari serampang dua belas (bersifat hiburan). Alat Musik tradisional : Gong; Saga-saga. Hasil kerajinan tenun dari suku batak adalah kain ulos. Kain ini selalu ditampilkan dalam upacara perkawinan, mendirikan rumah, upacara kematian, penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan upacara menari Tor-tor. Kain adat sesuai dengan sistem keyakinan yang diwariskan nenek moyang .

NILAI BUDAYA

1. Kekerabatan
Nilai kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam pelaksanaan adat Dalian Na Talu, dimana seseorang harus mencari jodoh diluar kelompoknya, orang-orang dalam satu kelompok saling menyebut Sabutuha (bersaudara), untuk kelompok yang menerima gadis untuk diperistri disebut Hula-hula. Kelompok yang memberikan gadis disebut Boru.
2. Hagabeon
Nilai budaya yang bermakna harapan panjang umur, beranak, bercucu banyak, dan yang baik-baik.
3. Hamoraan
Nilai kehormatan suku Batak yang terletak pada keseimbangan aspek spiritual dan meterial.
4. Uhum dan ugari
Nilai uhum orang Batak tercermin pada kesungguhan dalam menegakkan keadilan sedangkan ugari terlihat dalam kesetiaan akan sebuah janji.
5. Pengayoman
Pengayoman wajib diberikan terhadap lingkungan masyarakat, tugas tersebut di emban oleh tiga unsur Dalihan Na Tolu.
6. Marsisarian
Suatu nilai yang berarti saling mengerti, menghargai, dan saling membantu.

ASPEK PEMBANGUNAN
Aspek pembangunan dari suku Batak yaitu masuknya sistem sekolah dan timbulnya kesempatan untuk memperoleh prestise social. Terjadinya jaringan hubungan kekerabatan yang berdasarkan adat dapat berjalan dengan baik. Adat itu sendiri bagi orang Batak adalah suci. Melupakan adat dianggap sangat berbahaya.

Pengakuan hubungan darah dan perkawinan memperkuat tali hubungan dalam kehidupan sehari-hari. Saling tolong menolong antara kerabat dalam dunia dagang dan dalam lapangan ditengah kehidupan kota modern umum terlihat dikalangan orang Batak. Keketatan jaringan kekerabatan yang mengelilingi mereka itulah yang memberi mereka keuletan yang luar biasa dalam menjawab berbagai tantangan dalam abad ini.

DAFTAR PUSTAKA :
• Hidayah, Zuliyani
• 1997 Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: LP3ES Koentjaraningrat
• 1971 Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan Melalatoa, M. Junus
• 1997 Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaa


Jumat, 27 April 2012

Rangkuman perilaku keorganisasian

Model kontijensi kepemimpinan Model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan type kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi/variabel situasional dengan watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih sempurna dibandingkan model-model sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variabel situasional. Contoh : Tenaga kerja yang mempunyai rasa ingin tahu terhadap apa yang mereka lakukan atau tentang pekerjaan mereka. Cara kerja mereka terstruktur dengan rapih. Keputusan akan selalu tepat apabila di tangan mereka. Model kepemimpinan vroom yett Victor vroom dan Philip yetton mengembangkan sebuah model pemimpin partisipasi (leader-participation model) yang mengaitkan perilaku kepemimpinan dan partisipasi dalam pembuatan keputusan. Menyadari bahwa struktur tugas memiliki beraneka tuntutan untuk aktifitas-aktifitas rutin dan non rutin, kedua penelitian ini mengatakan bahwa perilaku pemimpin harus disesuaikan untuk mencerminkan struktur tugas tersebut modal yang dikembangkan vroom dan yetton tersebut bersifat normatif- model itu menyediakan serangkaian peraturan yang harus diikuti ketika menentukan bentuk dan besarnya partisipasi dalam pembuatan keputusan, seperti ditentukan dari berbagai situasi yang berbeda. Model pemimpin-partisipasi merupakan sebuah batang tubuh keputusan yang menginkorporasikan tujuh kemungkinan ( yang relevansinya bisa diidentifikasikan dengan pembuatan pilihan “ya” atau “tidak”) dan lima gaya kepemimpinan alternatif. Penelitian yang lebih baru dari vroom dan Arthur jago menghasilkan revisi bagi model ini. Moel hasil revisi ini tetap mempertahankan lima gaya kepemimpinan alternatif yang sama- mulai dari pengambilan keputusan yang sepenuhnya oleh pemimpin sampai pembagian masalah dengan kelompok dan pengembangan konsensus- tetapi sembari menambahkan jenis masalahnya dan mengembangkan variabel-variabel kemungkinan menjadi 12. Kedua belas variabel kemungkinan ini dapat dilihat dalam tampilan 12-5. Penelitian yang bertujuan menguji model pemimpin-partisipasi yang asli maupun yang merupakan hasil revisi belum memberikan hasil yang membesarkan hati, meskipun model yang disebut terakhir ini mendapat nilai yang lebih tinggi dalam hasil efektivitas. Kritik umumnya terfokus pada berbagai variabel yang di hapuskan dan pada kerumitan model ini. Teori-teori kemungkinan yang lain menunjukkan bahwa stress, kecerdasan, dean pengalaman merupakan variabel situasional yang penting. Namun, model pemimpin-partisipasi tidak mencakupnya. Lebih penting, setidak-tidaknya dari sudut pandang praktis, adalah kenyataan bahwa model ini terlalu rumit untuk digunakan oleh kebanyakan manager dalam situasi yang biasa. Meskipun vroom dan jago telah mengembangkan sebuah program computer untuk membimbing para manager melalui semua cabang keputusan dalam model yang telah mereka revisi, merupakan hal yang sangat tidak realistis untuk mengharapkan para manager mempertimbangkan dua belas variabel kemungkinan, delapan jenis masalah, dan lima gaya kepemimpinan secara bersamaan ketika berusaha memilih proses keputusan yang tepat untuk satu masalah tertentu. TEORI JALAN-TUJUAN Dikembangkan oleh Robert house teori jalan tujuan mengambil elemen-elemen dari penelitian kepemimpinan ohio state university tentang struktur awal dan tenggang rasa dan teori pengharapan motivasi. Teori jalan tujuan. Inti dari teori jalan tujuan (path-goal theory) adalah bahwa merupakan tugas kepimpinan untu memberikan informasi, dukungan, atau sumber-sumber daya lain yang dibutuhkan kepada para pengikut agar mereka bisa mencapai berbagai tujuan mereka. Istilah jalan tujuan berasal dari keyakinan bahwa para pemimpin yang efektif semestinya bisa menunjukkan jalan guna membantu pengikut-pengikut mereka mendapatkan hal-hal yang mereka butuhkan demi mencapai tujuan kerja dan mempermudah perjalanan serta menghilangkan berbagai rintangannya. Perilaku pemimpin. House mengidentifikasikan empat perilaku kepemimpinan. Pemimpin yang direktif memberitahu kepada para pengikut mengenai apa yang diharapkan dari mereka, menentukan pekerjaan yang harus mereka selesaikan, dan memberikan bimbingan khusus terkait dengan menyelesaikan berbagai tugas tersebut. Pemimpin yang suportif adalah pemimpin yang ramah dan memperhatikan kebutuhan para pengikutnya. Pemimpin yang partisipatif berunding dengan para pengikut dan menggunakan saran-saran mereka sebelum mengambil suatu keputusan. Pemimpin yang berorientasi pencapaian menetapkan tujuan-tujuan yang besar dan mengharapkan para pengikutnya untuk bekerja dengan sangat baik. Berlawanan dengan fiedler, house berasumsi bahwa pemimpin itu fleksibel dan bahwa pemimpin yang sama bisa menampilkan satu atau seluruh perilaku ini bergantung pada situasi yang ada. Beragam Variabel dan Prediksi Kemungkinan Teori jalan tujuan menawarkan dua kelas variable kemungkinan yang menghubungkan perilaku kepemimpinan dengan hasil variable-variabel dalam lingkungan yang berada diluar kendali karyawan (struktur tugas, system otoritas formal, dan kelompok kerja) serta berbagai variabel yang merupakan bagian dari karakteristik personal karyawan (pusat kendali, pengalaman, dan kemampuan yang diyakini dimiliki). Factor-faktor lingkungan menentukan jenis perilaku pemimpin yang dibutuhkan sebagai pelengkap apabila hasil pengikut ingin dimaksimalkan, sementara karakteristik personal karyawan menentukan bagaimana lingkungan dan perilaku pemimpin di interprestasikan. Karenanya, teori ini menyatakan bahwa perilaku pemimpin akan menjadi tidak efektif bila perilaku tersebut tumpang tindih dengan sumber-sumber struktur lingkungan atau tidak kongruen dengan karakteristik karyawan. Sebagai contoh, berikut adalah ilustrasi prediksi-prediksi yang didasarkan pada teori jalan tujuan: • Kepemimpinan direktif menghasilkan kepuasan yang lebih besar mana kala tugas-tugasnya bersifat ambigu atau penuh tekanan bila dibandingkan dengan ketika tugas-tugas tersebut terstruktur sangat ketat dan diuraikan dengan sangat baik. • Kepemimpinan yang suportif menghasilkan kinerja dan kepuasan karyawan yang tinggi ketika karyawan mengerjakan tugas-tugas yang terstruktur. • Kepemimpinan direktif cenderung dipandang tidak efektif apabila karyawan memiliki kemampuan yang diyakini baik atau pengalaman yang banyak. • Karyawan dengan pusat kendali internal akan lebih puas dengan gaya partisipatif. • Kepemimpinan yang berorientasi pencapaian dapat meningkatkan harapan para karyawan bahwa usaha akan menghasilkan kinerja yang tinggi ketika tugas-tugas disusun secara ambigu. Evaluasi. Karena kompleksitasnya, upaya untuk menguji teori jalan tujuan ini terbukti tidak gampang. Tinjauan terhadap petunjuk yang ada memberikan hasil yang beragam. Sebagaimana dinyatakan dalam komentar para penyusun tinjauan ini, “hasil ini menunjukkan bahwa kepimpinan efektif tidak bergantung pada pengadaan hambatan dan rintangan bagi instrumentalitas jalan karyawan yang dinyatakan oleh teori jalan tujuan dan bahwa hakikat dari halangan ini tidak sejalan dengan dalil teori tersebut.” Tinjauan yang lain menyimpulkan bahwa kurang bukti pendukung sungguh “mengejutkan dan mengecewakan”. Keimpulan-kesimpulan ini diragukan oleh kalangan lain yang berpandangan bahwa pengujian yang memadai atas teori ini belum dilakukan. Demikianlah, aman bagi kita mengatakan bahwa validitas teori jalan tujuan ini masih diperdebatkan dan dicari. Karena sangat rumit untuk di uji, permasalahan ini kiranya masih akan bertahan untuk beberapa waktu yang akan datang.

Rangkuman perilaku keorganisasian

Model kontijensi kepemimpinan Model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan type kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi/variabel situasional dengan watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih sempurna dibandingkan model-model sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variabel situasional. Contoh : Tenaga kerja yang mempunyai rasa ingin tahu terhadap apa yang mereka lakukan atau tentang pekerjaan mereka. Cara kerja mereka terstruktur dengan rapih. Keputusan akan selalu tepat apabila di tangan mereka. Model kepemimpinan vroom yetton Victor vroom dan Philip yetton mengembangkan sebuah model pemimpin partisipasi (leader-participation model) yang mengaitkan perilaku kepemimpinan dan partisipasi dalam pembuatan keputusan. Menyadari bahwa struktur tugas memiliki beraneka tuntutan untuk aktifitas-aktifitas rutin dan non rutin, kedua penelitian ini mengatakan bahwa perilaku pemimpin harus disesuaikan untuk mencerminkan struktur tugas tersebut modal yang dikembangkan vroom dan yetton tersebut bersifat normatif- model itu menyediakan serangkaian peraturan yang harus diikuti ketika menentukan bentuk dan besarnya partisipasi dalam pembuatan keputusan, seperti ditentukan dari berbagai situasi yang berbeda. Model pemimpin-partisipasi merupakan sebuah batang tubuh keputusan yang menginkorporasikan tujuh kemungkinan ( yang relevansinya bisa diidentifikasikan dengan pembuatan pilihan “ya” atau “tidak”) dan lima gaya kepemimpinan alternatif. Penelitian yang lebih baru dari vroom dan Arthur jago menghasilkan revisi bagi model ini. Moel hasil revisi ini tetap mempertahankan lima gaya kepemimpinan alternatif yang sama- mulai dari pengambilan keputusan yang sepenuhnya oleh pemimpin sampai pembagian masalah dengan kelompok dan pengembangan konsensus- tetapi sembari menambahkan jenis masalahnya dan mengembangkan variabel-variabel kemungkinan menjadi 12. Kedua belas variabel kemungkinan ini dapat dilihat dalam tampilan 12-5. Penelitian yang bertujuan menguji model pemimpin-partisipasi yang asli maupun yang merupakan hasil revisi belum memberikan hasil yang membesarkan hati, meskipun model yang disebut terakhir ini mendapat nilai yang lebih tinggi dalam hasil efektivitas. Kritik umumnya terfokus pada berbagai variabel yang di hapuskan dan pada kerumitan model ini. Teori-teori kemungkinan yang lain menunjukkan bahwa stress, kecerdasan, dean pengalaman merupakan variabel situasional yang penting. Namun, model pemimpin-partisipasi tidak mencakupnya. Lebih penting, setidak-tidaknya dari sudut pandang praktis, adalah kenyataan bahwa model ini terlalu rumit untuk digunakan oleh kebanyakan manager dalam situasi yang biasa. Meskipun vroom dan jago telah mengembangkan sebuah program computer untuk membimbing para manager melalui semua cabang keputusan dalam model yang telah mereka revisi, merupakan hal yang sangat tidak realistis untuk mengharapkan para manager mempertimbangkan dua belas variabel kemungkinan, delapan jenis masalah, dan lima gaya kepemimpinan secara bersamaan ketika berusaha memilih proses keputusan yang tepat untuk satu masalah tertentu. TEORI JALAN-TUJUAN Dikembangkan oleh Robert house teori jalan tujuan mengambil elemen-elemen dari penelitian kepemimpinan ohio state university tentang struktur awal dan tenggang rasa dan teori pengharapan motivasi. Teori jalan tujuan. Inti dari teori jalan tujuan (path-goal theory) adalah bahwa merupakan tugas kepimpinan untu memberikan informasi, dukungan, atau sumber-sumber daya lain yang dibutuhkan kepada para pengikut agar mereka bisa mencapai berbagai tujuan mereka. Istilah jalan tujuan berasal dari keyakinan bahwa para pemimpin yang efektif semestinya bisa menunjukkan jalan guna membantu pengikut-pengikut mereka mendapatkan hal-hal yang mereka butuhkan demi mencapai tujuan kerja dan mempermudah perjalanan serta menghilangkan berbagai rintangannya. Perilaku pemimpin. House mengidentifikasikan empat perilaku kepemimpinan. Pemimpin yang direktif memberitahu kepada para pengikut mengenai apa yang diharapkan dari mereka, menentukan pekerjaan yang harus mereka selesaikan, dan memberikan bimbingan khusus terkait dengan menyelesaikan berbagai tugas tersebut. Pemimpin yang suportif adalah pemimpin yang ramah dan memperhatikan kebutuhan para pengikutnya. Pemimpin yang partisipatif berunding dengan para pengikut dan menggunakan saran-saran mereka sebelum mengambil suatu keputusan. Pemimpin yang berorientasi pencapaian menetapkan tujuan-tujuan yang besar dan mengharapkan para pengikutnya untuk bekerja dengan sangat baik. Berlawanan dengan fiedler, house berasumsi bahwa pemimpin itu fleksibel dan bahwa pemimpin yang sama bisa menampilkan satu atau seluruh perilaku ini bergantung pada situasi yang ada. Beragam Variabel dan Prediksi Kemungkinan Teori jalan tujuan menawarkan dua kelas variable kemungkinan yang menghubungkan perilaku kepemimpinan dengan hasil variable-variabel dalam lingkungan yang berada diluar kendali karyawan (struktur tugas, system otoritas formal, dan kelompok kerja) serta berbagai variabel yang merupakan bagian dari karakteristik personal karyawan (pusat kendali, pengalaman, dan kemampuan yang diyakini dimiliki). Factor-faktor lingkungan menentukan jenis perilaku pemimpin yang dibutuhkan sebagai pelengkap apabila hasil pengikut ingin dimaksimalkan, sementara karakteristik personal karyawan menentukan bagaimana lingkungan dan perilaku pemimpin di interprestasikan. Karenanya, teori ini menyatakan bahwa perilaku pemimpin akan menjadi tidak efektif bila perilaku tersebut tumpang tindih dengan sumber-sumber struktur lingkungan atau tidak kongruen dengan karakteristik karyawan. Sebagai contoh, berikut adalah ilustrasi prediksi-prediksi yang didasarkan pada teori jalan tujuan: • Kepemimpinan direktif menghasilkan kepuasan yang lebih besar mana kala tugas-tugasnya bersifat ambigu atau penuh tekanan bila dibandingkan dengan ketika tugas-tugas tersebut terstruktur sangat ketat dan diuraikan dengan sangat baik. • Kepemimpinan yang suportif menghasilkan kinerja dan kepuasan karyawan yang tinggi ketika karyawan mengerjakan tugas-tugas yang terstruktur. • Kepemimpinan direktif cenderung dipandang tidak efektif apabila karyawan memiliki kemampuan yang diyakini baik atau pengalaman yang banyak. • Karyawan dengan pusat kendali internal akan lebih puas dengan gaya partisipatif. • Kepemimpinan yang berorientasi pencapaian dapat meningkatkan harapan para karyawan bahwa usaha akan menghasilkan kinerja yang tinggi ketika tugas-tugas disusun secara ambigu. Evaluasi. Karena kompleksitasnya, upaya untuk menguji teori jalan tujuan ini terbukti tidak gampang. Tinjauan terhadap petunjuk yang ada memberikan hasil yang beragam. Sebagaimana dinyatakan dalam komentar para penyusun tinjauan ini, “hasil ini menunjukkan bahwa kepimpinan efektif tidak bergantung pada pengadaan hambatan dan rintangan bagi instrumentalitas jalan karyawan yang dinyatakan oleh teori jalan tujuan dan bahwa hakikat dari halangan ini tidak sejalan dengan dalil teori tersebut.” Tinjauan yang lain menyimpulkan bahwa kurang bukti pendukung sungguh “mengejutkan dan mengecewakan”. Keimpulan-kesimpulan ini diragukan oleh kalangan lain yang berpandangan bahwa pengujian yang memadai atas teori ini belum dilakukan. Demikianlah, aman bagi kita mengatakan bahwa validitas teori jalan tujuan ini masih diperdebatkan dan dicari. Karena sangat rumit untuk di uji, permasalahan ini kiranya masih akan bertahan untuk beberapa waktu yang akan datang.

Kamis, 12 April 2012

SEORANG PEMIMPIN BAIK YANG BERHASIL ATAU GAGAL BERDASARKAN PENDEKATAN PERILAKU DAN CIRI KHAS

Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.pemimpin juga bisa disebut sebagai orang yang memiliki tanggungjawab lebih.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
- Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
- Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.

• Macam-macam teori gaya kepemimpinan
1. Teori gaya kepemimpinan klasik : Ada 2 unsur utama yang mendasari setiap gaya kepemimpinan yaitu unsur pengarahan ( directing behavior ) dan unsur bantuan ( supporting behavior ) sehingga dapat mengelompokkan gaya kepemimpinan menjadi 4 ( empat : Directing ( pengarahan ), pembinaan ( coaching ), demokrasi ( supporting ) dan kendali bebas ( delegating ). Pada kondisi karyawan mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya dan takut mencoba untuk melakukannya, seorang manajer ( pemimpin ) harus mampu memproporsikan tugas / kewajiban sesuai dengan kemampuan karyawannya ( melatih / coaching ). Seorang manajer juga harus mampu menjadi pendengar yang baik untuk merespon ketika ia memiliki karyawan yang mempunyai kemampuan yang cukup tetapi tidak memiliki kemauan untuk melakukan tanggung jawab ( partisipasi / participation ).
2. Teori gaya kepemimpinan demokratis : Gaya kepemimpinan demokratis merupakan gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada bawahan. Setiap ada permasalahan yang timbul dalam organisasi selalu mengikut sertakan bawahan untuk memecahkan permasalahan sebagai bentuk kesatuan tim yang utuh.
3. Teori gaya kepemimpinan bebas/laissez faire : Gaya kepemimpinan yang hanya terlibat dalam kuantitas yang kecil dimana bawahannya secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.



TEORI KEPEMIMPINAN
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi.

Selasa, 03 April 2012

DEMOKRASI

DEMOKRASI

Secara etimologi demokrasi berasal dari bahasa yunani kuno,yakni demos yang berarti rakyat dan cratos/cratein yang berarti kekuasaan.jadi,demokrasi berarti kekuasaan berada di tangan rakyat atau pemerintahan rakyat.Abraham lincoln,mantan presiden amerika serikat mengartikan demokrasi sebagai government from the people,by the people, and for the people (pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.)

Di indonesia demokrasi dapat dilaksanakansecara langsung maupun tidak langsung.hal ini dapat kita lihat dalam sila keempat pancasila,kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Contoh demokrasi secara langsung yang dilakukan di indonesia yaitu pemilihan kepala desa. Dengan adanya perkembangan masyarakat yang semakin pesat , demokrasi langsung tidakmungkin lagi dilaksanakan di indonesia.

Pemerintahan sistem demokrasi sama dengan pemerintahan berdasarkan kedaulatan rakyat. Artinya rakyatlah yang mempunyai wewenang tertinggi dalam negara. Negara kita menganut sistem demokrasi pancasila. Hal ini tertulis dalam:
1.Pembukaan UUD 1945,alinea ke-3:
“….Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam suatu UUD negara indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik indonesiayang berkedaulatan rakyat….”
2.Pasal 1 ayat 2 UUD 1945:
“Kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR.”
3.Penjelasan UUD 1945 terhadap pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945:
“Negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan asas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan.”


PERJALANAN PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA
1.Demokrasi Parlementer (1945-1959)
Pada 3 November 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat No.X tentang kebebasan mendirikan partai. Dengan kata lain, pemerintah mendorong berdirinya partai-partai politik sebagai sarana pembantu perjuangan bangsa indonesia. Oleh sebab itu, berubahlah kabinet kita dari presidensil menjadi kabinet parlementer dan demokrasi kita berubah menjadi demokrasi parlementer.

Dalam demokrasi parlementer kekuasaan legislatif (DPR) terletak diatas kekuasaan eksekutif. Oleh sebab itu, menteri-menteri harus mempertanggungjawabkan semua tindakannya kepada DPR. Disamping itu , DPR dapat menjatuhkan mosi tidak percaya kepada pemerintah untuk menjatuhkan kabinet. Dengan demikian, kabinet harus mendapatkan kepercayaan dari DPR.

2.Demokrasi terpimpin (1959-1965)
Setelah Dekrit presiden 5 juli 1959, kita menggunakan demokrasi terpimpin . pernyataan ini diumumkan secara resmi dalam pidato Presiden Soekarno 10 November 1956. Demokrasi terpimpin adalah suatu demokrasi yang mengenal satu pemimpin menuju tujuan suatu masyarakat yang berkeadilan sosial. Pemimpin yang dimaksud adalah presiden. Akan tetapi pada pelaksanaannya demokrasi terpimpin mengarah pada pemerintahan yang diktator.

Dalam demokrasi terpimpin pemusatan kekuasaan terletak ditangan presiden, sehingga terjadilah penyimpangan-penyimpangan terhadap pancasila dan UUD 1945 yang kemudian mengakibatkan terjadinya peristiwa G 30 S/ PKI pada tahun 1965. Di sini terbukti bahwa pada waktu itu baik demokrasi liberal maupun terpimpin belum cocok dengan kehidupan politik masyarakat dan bangsa indonesia.

3.Demokrasi Pancasila (1966- )
Pada masa Orde Baru pemerintah menganut sistem demokrasi Pancasila. Pengertian demokrasi pancasila adalah demokrasi yang dilandasi oleh Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia dan UUD 1945.
Demokrasi pancasila sangat sesuai dengan kepribadian bangsa indonesia. Dalam demokrasi pancasila ada keselarasan antara kepentingan pribadi dan kepentingan golongan. Dengan kata lain, terdapat penghargaan hak-hak asasi manusia dengan tidak mengesampingkan kepentingan umum. Oleh sebab itu keadaan politik dalam kehidupan indonesia pada masa Orde Baru jauh lebih baik dibandingkan dengan zaman Orde Lama.

Demokrasi pancasila ditetapkan dalam ketetapan MPRS No XX/MPRS/1966 tentang pancasila sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum dan Tap MPRS No XXXVIII/MPRS/1968 tentang Demokrasi Pancasila.
Demokrasi Pancasila mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.Kesamaan harkat, martabat, hak, dan kewajiban.
2.kebebasan yang bertanggung jawab.
3.Musyawarah untuk mencapai mufakat.
4.Semangat kekeluargaan , kegotongroyongan.
5.persatuan dan kesatuan.
6.cita-cita nasional.




DAFTAR PUSTAKA
Buku PPKn untuk SMK kelas 1 berdasarkan kurikulum SMK Edisi 1999,Penerbit PT.Galaxy Puspa Mega Anggota IKAPI.